Friday, May 14, 2010

Berhentilah menjadi Gelas...

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
akhir-akhir ini selalu nampak murung dan bermasalah.

"Kenapa kau nampak murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah  dan menceriakan di dunia ini? Ke manakah perginya wajah bersyukurmu? " Tuan  Guru bertanya.

" Tuan Guru, akhir-akhir ini hidup saya penuh dengan masalah. Sukar bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada penghujungnya, " jawab si murid.

Tuan Guru tersenyum. "Anak ku, pergi ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun bergerak dengan perlahan  dan longlai tanpa semangat. Ia penuhi permintaan gurunya itu, lalu kembali ldengan membawa segelas  air dan dua genggam garam sebagaimana yang diminta.

"Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke  dalam gelas air itu," kata
Tuan Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
  Murid itu pun melakukannya. Mukanyamengerut  karena meminum air
masin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Tuan Guru.

"Masin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan muka yang masih mengerut.

Tuan Guru tersengih melihat wajah muridnya yang mengerut kemasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Tuan Guru membawa muridnya ke danau berdekatan dengan tempat mereka. "Ambil garam yang terlebih tadi, dan lemparkanlah ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang masih ada ke danau, tanpa
soal. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
masin dari mulutnya, tapi berat untuk  dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyidnya.. .

"Sekarang, cuba kau minum air danau itu," kata Tuan Guru sambil
mencari batu yang cukup untuk melabuhkan punggungnya,  di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua telapak tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Tuan Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
tapak tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam (asin) yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Tuan Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

" Wahai anak  ku" kata Tuan Guru setelah muridnya selesai minum.

"Segala masalah dalam hidup ini adalah  seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah, cabaran dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, secukupnya saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."


Si murid terdiam, mendengarkan dan  patuh..

"Tapi anak ku, rasa `masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi anak ku, supaya  tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.
Danau yang luas itu akan menghilangkan rasa garam itu..

Wallahu'A'lam. .

taken from email~

ayuh!!!

Qudwah Seorang Kader Dakwah

Dedicated to kekanda burians ku sayang fillah ^^